Radio merupakan media yang memiliki jangkauan selektif terhadap segmen pasar tertentu. Di Indonesia yang wilayahnya sangat luas, radio telah menjawab kebutuhan untuk meyakinkan komunikasi yang dapat memacu perubahan masyarakat.
Berbeda dengan media cetak, radio merupakan media auditif yang bersifat atraktif. Apa yang dilakukan radio ialah memperdengarkan suara manusia untuk mengutarakan sesuatu. Karena radio memiliki karakteristik khusus, maka copywriting yang disiapkan harus memperhatikan karakteristik tersebut.
KARAKTERISASI IKLAN RADIO
Radio merupakan media audituf dan atraktif, artinya mengandalkan pendengaran untuk menyapa pendengar. Bagi si pendengar, radio seperti berbicara dengannya. Karena itulah, maka iklan di radio memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Theater of the mind, artinya iklan yang didengar harus mampu menghasilkan pesan yang "bermain-main” di benak
pendengar. Dengan kata lain, iklan itu harus mampu menyebabkan
pendengar berimajinasi mengenai pesan iklan yang disampaikan.
2. Pribadi, artinya media yang paling intim dengan khalayak sasaran. Iklan di radio seperti tidak berjarak. Pesannya seperti orang yang berbicara langsung dengan kita.
3. Radio kurang menjadi perhatian penuh pendengarnya. Dengan demikian, iklan di radio didengarkan sambil melakukan pekerjaan lain.
4. Iklan ditayangkan hanya sekelebat, sekali dengar.
Dengan memerperhatikan karakteristik tersebut, seoang copywriter harus memperhatikanlima prinsip dalam menulis iklan radio. Berikut ini adalah prinsip-prinsip tersebut.
1. Menulis untuk berbicara, bukan untuk dibaca atau ditatap. Elemen radio adalah suara bukan teks. Dengan demikian, estetika yang dibuat adalah untuk indra pendengaran bukan indra penglihatan. "Sampo
cocok untuk seluruh keluarga" bukan "Shampo X adalah sampo yang cocok
digunakan oleh seluruh keluarga". Diksi yang digunakan adalah kata dan
kalimat yang mudah dimengerti, yaitu akrab dalam
percakapan sehari-hari. "Saya Titik Puspa", bukan "Saya adalah Titik
Puspa". Kata "adalah" merupakan konsumsi media cetak sehingga harus dihilangkan. bahasa lebih dipentingkan dari pada tata bahasa.
2. Menulis sebagai bentuk komunikasi langsung. Copywriting yang dihasilkan juga bersifat langsung kepada target audience, yaitu pendengar radio. Tidak ada istilah pihak ketiga atau pihak keempat yang harus dituju.
3. Menulis dalam kerangka kreatif dari individu ke individu. Komunikasi siaran radio adalah hubungan antarpribadi. Citra yang dihidupkan adalah medium komunikasi personal. Sehingga copywriting yang diciptakan harus mencapai keakraban komunikasi personal, dengan jalan:
a. menghindari menulis dengan berpidato, kecuali jika memang konsep kreatifnya demikian.
b. bunyi tulisan harus membentuk suasana informal
c. copywriting harus menciptakan suasana akrab dan bersahabat
d. copywriting harus komunikatif, to the point. Satu ide, satu kalimat, serta ringkas dan padat.
4. Menulis dengan prinsip sekali ucap, langsung dimengerti. Karena syarat mutlak naskah radio adalah Clarity has Top Priority (kejelasan adalah prioritas utama). Kalimat yang panjang harus dibuat menjadi pendek dan sederhana.
5.
Menulis dengan kesadaran bahwa hasil karyanya akan diwujudkan dalam
bentuk suara. Kata dan gayanya berperan sebagai jembatan komunikasi
sehingga peran penjualan dapat tersalurkan dengan baik, dengan demikian,
maka:
a. kata-kata yang digunakan harus bermakna kongkrit,
b. jangan menggunakan kata-kata abstrak yang hanya berkitat di alam pikiran kreatif si copywriter sendiri
c. jagan menggunakan kata yang bunyinya mirip. Misalnya Dewi -- Deni, kentang--ketan, kepala--kelapa.
FORMAT IKLAN RADIO
Script iklan radio bentuknya seperti menulis naskah sandiwara atau screenplay. Script ditulis dengan bahasa lisan atau percakapan. Jadi tidak terlalu
gramatikal, kecuali untuk lucu-lucuan. Dalam hal ini, bahasa lebih
penting dari pada tata bahasa. Tentu saja dengan siapa kita berbicara
atau siapa target audience kita, jangan pernah dilupakan.
Berbeda dengan iklan media cetak, iklan di radio mempunyai bahasa, batasan waktu, dan peristilahan yang khusus. Script iklan radio menggunakan kode
tertentu yg diketahui secara umum oleh kalangan periklanan. Waktu untuk
iklan radio dibatasi oleh durasi, dan dihitung berdasarkan detik.
Biasanya ketententuan pengaturan waktu dalam iklan radio sebagai
berikut:
· umumnya 60 detik (ada yang 30 atau 45 detik)
· 5-10 detik pertama sbg building situation (pendengar sudah tahu setting dan tokoh)
· detik ke-11 sampai ddengan 45 berisi konflik
· detik ke-45 hingga 60 berisi solusi
Oleh karena itu, selalu sediakan stopwatch pada saat Anda menulis script
iklan radio. Untuk keamanan dalam penyiaran (agar tidak terpotong oleh
acara lain di radio), sebaiknya durasi dibuat dua atau tiga detik lebih
pendek. Misalnya durasi 60 detik, buatlah 58 detik.Walaupun terkadang
ada juga media radion yang mau memberi toleransi beberapa detik.
Mintalah bagian Media untuk bertanya kepada pengelola stasiun radio
tentang ada tidaknya toleransi itu.
Untuk
membuat iklan radio lebih menarik, tidak datar, dan tidak membosankan,
buatlah semacam ucapan atau kata-kata pemancing perhatian di akhir
dialog. Dalam bahasa Inggris biasanya disebut dengan book.
PERALATAN YANG DIPAKAI DALAM AMUNISI IKLAN RADIO
Jika
iklan media cetak, selain bahasa amunisi sangat ditentukan oleh lay
out, jenis font, dan juga warna; untuk iklan radio amunisi yang dipakai
adalah
Suara Manusia
Musik
Jinggle
Sound effect, efek suara , biasanya ditulis SFX
Dalam
beberapa iklan radio amunisi yang dipakai dari awal hingga akhir adalah
musik dan jingle dengan suara manusia yang menyanyikan sebuah lagu
mengiringi jingle tersebut. Iklan tersebut menarik untuk didengar ; dan
pendengar memahami pesan yang disampaikan. Simaklah iklan produk Chaki dari Kentucy dan iklan rokok LA, berikut ini.
SUARA MANUSIA
Berbeda dengan sandiwara radio, untuk iklan radio kita tidak selalu bisa menentukan siapa yang nantinya akan membaca teks. Dalam iklan radio biasanya diterapkan hal-hal sebagai berikut.
1. Tokoh melakukan
dialog atau monolog. Karakterisasi tokoh harus diperhatikan, cara yang
termudah dengan menggunakan dialog laki-laki dan perempuan.
2. Karakter tokoh dapat diperkuat dengan menambahkan ciri seperti dialek, latah, atau
gagap.
3. Jika brand segender (laki-laki atau perempuan saja), pilihlah warna suara yang berbeda.
4. Istilah-istilah dalam script menyebutkan suara manusia, sebagai berikut:
· Man, tokoh laki-laki dapat juga diganti dengan nama Anton atau Ayah
· Women, tokoh perempuan dapat juga diganti dengan Devita atau Ibu
· VO
(Voice Over): announcer, narrator, atau suara penyiar. Dalam script
iklan VO sudah langsung ditentukan. Jika yang dibutuhkan adalah suara
laki-laki ditulis dengan MVO, jika yang dibutuhkan suara perempuan ditulis dengan FVO.
· Crowd: suara orang banyak
Berikut ini merupakan contoh script iklan radio
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengiklan : KPU
Brand : Pemilu 2004
Keterangan : Iklan layanan masyarakat
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Judul : Kucing dalam Karung
Intro : Musik Tanjidor Betawi (terdengar terus sampai akhir komersial)
SFX : Suasana di warung makan. kucing menjatuhkan gelas.
Man 1 : Eh Bang, udeh nggak waktunye lagi, Pemilu yang sekarang kite dapati
pemimpin seperti dapati kucing dalam karung.
Man 2 : Ah, si Abang bisa aje. Eh, maksudnya gimane?
Man 1 : Gini nih, di Pemilu 2004 beda banget nih ame Pemilu-Pemilu sebelumnya,
karene rakyat dapet memilih langsung calon anggota DPR, DPD, sampai
presiden secara langsung.
Man 2 : Nah trus caranye.
Man 1 : Ya, caranye dengan kite nyoblos gambar name-name calon idola kite, Bang.
Man 2 : Wah pastine di Pemilu 2004, bakal calonnye kagak nyari-nyari seperti
kucing dalam karung. Ya Bang, ye, ye, ye, ye Bang ye. La kata Abang
begitu tadi.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Iklan
tersebut menggunakan dua tokoh yang kesemuanya laki-laki. Tentu saja
diharapkan tokoh yang memerankan Man 1 dan Man 2 memiliki warna suara
yang berbeda. Sangat jelas bahwa karakter dalam iklan adalah orang
berbudaya Betawi sehingga dialek yang ucapkan pemeran adalah
dialek Betawi. Untuk menggambarkan karakter, iklan dini juga diiringi
oleh musik Tanjidor yang sangat khas Betawi. Di akhir iklan digunakan book untuk penarik, yaitu ucapan "Ya Bang, ye, ye, ye, ye Bang ye. La kata Abang begitu tadi".
Setelah script tersebut diolah di dapur rekaman, jadilah iklan tersebut sebagai berikut. Menarik bukan?
KEKUATAN DAN KELEMAHAN IKLAN DI MEDIA RADIO
Sebagai
sebuah media untuk beriklan, radio mempunyai kekuatan dan juga
kelemahan. Tentu saja hal ini perlu diperhatikan agar pengiklan maupun
biro iklan dapat memilih media dengan tepat untuk program pemasarannya.
Kekuatan Iklan di Media Radio
1. Radio bersifat Audience Selectivity, artinya radio mempunyai pendengar yg spesifik. Dengan demikian pengiklan dapat memilih radio yang programnya cocok dengan pesan iklan yang akan disampaikan.
2. Radio
merupakan media intrusif, artinya iklan dapat hadir di tengah siaran
tanpa mengakibatkan orang beralih ke siaran lain. Hal ini menyebabkan
radio memiliki efektivitas untuk menyela perhatian pendengar dan
menciptakan minat.
3. Biaya produksi iklan radio rendah dibandingkan iklan di media lain
4. Radio dapat mendukung kampanye iklan di media yang lain.
5. Radio merupakan media yang fleksibel dibandingkan media cetak karena dapat dinikmati sambil melakukan kegiatan lain.
6. Radio merupakan media yang tidak musiman
7. Radio menawarkan peluang kreatif yang unik bagi pembuat iklan karena tidak menyajikan gambar. Radio bermain dalam theater of the mind
8. Radio bersifat bersifat mobil, artinya dapat dibawa dengan mudah.
9. Radio memiliki jangkauan yang baik di kalangan pedesaan yang umumnya tidak dapat dijangkau oleh kabar.
Kelemahan Iklan di Media Radio
1. Radio tidak dapat mendemonstrasikan produk yang diiklankan. Media ini akan menjadi masalah bagi pengiklan produk tertentu.
2. Radio menyiarkan hanya sekelebat dan sekali dengar. Pendengar tidak dapat mengulangnya, berbeda dengan iklan di media cetak.
3. Radio
bersifat terbagi, artinya dalam satu wilayah terdapat banyak stasiun
radio. Dengan demikian, pendengar hanya akan memilih satu dari sekian
banyak stasiun radio. Sifat terbagi ini, mengakibatkan pengiklan
mengalami ketumpangtindihan dalam menjangkau pasar.
4. Pengiklan
sulit memperoleh bukti bahwa stasiun radio telah menyiarkan iklan
sesuai pesanan. Hal ini berbeda dengan iklan di media cetak yang sangat
mudah untuk dikontrol.