peran Musik dalam Radio - So Behind The Microphone

Headlines Articles

Monday, August 20, 2012

peran Musik dalam Radio

Karena kebetulan mobil kantor saya lagi rusak, maka pada suatu pagi saya ikut mobil teman saya untuk berangkat . Di mobilnya ia memasang lagu-lagu dari MP3 player. Lalu saya tanya dia, kenapa ngga menyalakan radio? Dia jawab bahwa radio sekarang kebanyakan ngomong. Namun untuk sekedar men-test pernyataan itu, kita coba juga memasang radio. Ternyata benar... selama 10 menit kita men-scan bolak-balik (merubah-rubah frekuensi FM dari mulai 88 MHz – 108 MHz) dimana otomatis berhenti pada setiap frekuensi radio, hanya tiga stasiun saja yang kebetulan tertangkap sedang mengudarakan musik pada saat itu. Sedangkan sisanya tertangkap sedang ngomong atau kalau tidak pun, sedang menyiarkan iklan. Anakku bilang, “tuuh khaan bener ...“ Lalu kembali radio mobil kita matikan, dan kita berdua menikmati lagu-lagu yang sudah di-download (legal!) dan seleksi sendiri, melalui MP3 player.

Mendengar Musik di Radio?

Terlepas apakah masih banyak orang yang ingin mendengar musik dari siaran radio atau lebih senang mendengarkan siaran berita dan informasi dari radio, tetapi apa yang telah disebutkan oleh anakku tadi memang benar. Begitu banyak stasiun radio di Jakarta, tapi yang terdengar dominan adalah suara orang ngomong daripada suara musik. Padahal salah satu suksesnya GEN-FM di Jakarta pada beberapa tahun yang lalu itu, justru karena siaran lagu-lagu-nya yang terpilih melalui survey dan diudarakan dalam rotasi tertentu dengan selingan sedikit sekali suara penyiar.

Artinya, dari sisi persaingan sesama radio, dalam situasi sekarang ini, adalah mudah sekali untuk membuat pembedaan (differentiation) bagi sebuah stasiun radio. Cukup dengan dia memainkan dominasi musik dalam siarannya, sudah akan kelihatan berbeda dari stasiun lainnya. Karena semua stasiun radio sekarang ini ramai dengan siaran ngomong. Kalau ngga informasi, berita, talk-show, game bercandaan / joke atau obrolan / talk-show yang disponsori.

Tapi ada juga yang berpendapat, bukankah kalau siarannya musik saja orang akan lebih memilih memasang musik dari CD atau MP3-nya sendiri (seperti yang dilakukan oleh teman saya juga). Memang betul, ini pun bisa terjadi. Sejak jaman tersedianya player kaset (cassette tape player) di mobil, sampe jaman CD dan MP3, pilihan ini akan selalu ada. Masalah-nya, kenapa dulu musik di radio bisa survived di mobil mengalahkan rekaman lagu-lagu pilihan sendiri di kaset? Padahal jaman dulu itu siaran radio pun belum FM (Frequency Modulation), melainkan masih pada frekuensi AM (Amplitude Modulation), sehingga kualitas kejernihan bunyinya masih kalah jauh dengan suara musik rekaman di kaset.

Artinya, kok jaman dulu mau-maunya orang mendengarkan musik melalui radio, sementara kualitas suara musiknya kalah sama lagu-lagu dari kaset. Dengan perkataan lain, sebenarnya keinginan orang mendengarkan siaran musik melalui radio, dari jadul sampai sekarang tetaplah besar. Jadi, kalaulah benar gejala yang terjadi sekarang, orang lebih suka mendengar musik melalui MP3 / CD ketika berada di mobilnya, bukanlah karena dia tidak mau mendengarkan musik melalui radio, tetapi jangan-jangan karena kalau di radio kita mau mendengarkan musik, sering sekali kenikmatannya terganggu, baik oleh omongan, iklan ataupun sound-effect dan station ID.

Jadi sepertinya, pertimbangan bahwa kalau radio jaman sekarang memilih format musik maka siarannya tidak bakalan disukai orang, dikarenakan anggapan bahwa orang lebih membutuhkan informasi dari sebuah siaran radio daripada musik / lagu-lagu, maka pendapat ini kemungkinan besar, tidaklah tepat. Menurut saya, siaran musik dan lagu di radio tetap digemari dan akan tetap digemari. Karena pada dasarnya, sesuai karakter medianya, sebuah siaran radio itu harus mampu mendampingi dan mendukung aktifitas dari waktu ke waktu, dan bukan malahan mengganggu kegiatan si pendengar. Salah satu caranya adalah melalui siaran musik dan lagu.

Tetapi tentu saja, tidak sekedar asal musik saja, melainkan pilihan atau seleksinya juga harus benar, susunannya juga dipikirkan, rangkaiannya juga menentukan serta bagaimana musik itu disajikan oleh Penyiar (dan music director) juga sangat menentukan.

Suara Penyiar / Ngomong / Obrolan

Ketika ada stasiun radio baru, biasanya siarannya hanya lagu-lagu saja tanpa terputus dari pagi sampai malam. Lucunya, dalam masa siaran percobaan seperti ini, dengan hanya memutar lagu tanpa diselingi apapun, justru pendengarnya banyak. Tetapi ketika sudah mulai siaran beneran, dimana ada suara penyiar, ada station ID, ada siaran berita, ada iklan dsb., malah radio tersebut mulai ditinggalkan oleh pendengarnya. Jadi, pasti ada yang ngga bener nih... Harapannya, ketika ada suara penyiar, ada berita dan sebagainya, dan bukan hanya siaran musik saja, siaran radio ini akan semakin digemari, bukan? Ternyata yang terjadi malah sebaliknya. Apa yang sesungguhnya terjadi?

Apakah interupsi / selingan-kah yang mengganggu kenikmatan pendengar mendengarkan musik? Apakah warna suara penyiarnya-kah yang mengganggu? Apakah content yang dibawakan oleh si penyiar-kah yang mengganggu? Apakah gaya bicara, cara berbahasa dan cara berbicara penyiarkah yang mengganggu?

Sebenarnya semuanya yang telah disebutkan itu bisa jadi menyebabkan terganggu-nya kenikmatan pendengar mendengarkan siaran musik.

Tentu saya tidak akan membahas satu persatu, karena akan terlalu panjang. Hanya saja yang paling perlu diketahui, dalam siaran sebuah radio yang mengutamakan siaran musik (music radio), yang paling tidak disukai oleh pendengar adalah penyiar yang wawasannya tentang musik sangat sempit. Artinya, jangan sampai pendengar justru lebih tahu tentang segala sesuatunya terkait dengan musik / lagu tersebut dibandingkan si penyiar. Hal ini mencapai 73% dalam survey Arbitron di Amerika Serikat tahun 2007. Walaupun angka ini bukanlah hasil survey di dalam negeri, dan sudah lima tahun yang lalu, tapi saya cukup yakin angka yang kira-kira sama akan diperoleh kalau survey ini dilakukan di Indonesia sekarang.

Belakangan ini di radio sudah mulai jarang terdengar penyiar menyebutkan nama lagu dan nama artis pembawanya, apalagi bercerita tentang pengarang lagunya atau bercerita bagaimana lagu tersebut dibuat. Jaman sekarang penyiar hanya memasang lagu, dan ketika lagu tersebut selesai, misalnya baru saja terdengar lagu “Lowdown oleh Incognito feat. Chaka Khan & Mario Biondi” ...lalu terdengarlah suara si Penyiar yang tidak menyebut apapun tentang lagu tersebut dan malah tiba-tiba bicara seperti ini: “Listeners, bursa saham di Eropa semakin anjlok akibat belum tercapainya kesepakatan antara Yunani dengan negara-negara zona euro lainnya”.

Ya ampuuuun.... tentu saja bagi para pendengar yang justru karena menyukai lagu itu makanya tune-in, akan merasa kesal sekali. Karena terkesan si penyiar seperti “tidak menghargai” atau “kurang wawasan-nya akan lagu tersebut”.

Pendengar masih ingin mendengar musik di radio daripada memasang MP3, MP4 atau CD di mobilnya, karena sebenarnya mereka mengharapkan adanya keunggulan radio, yaitu, si Penyiar akan kasih info terkait musik / lagu yang disukainya itu