Bagaimana seharusnya Radio Komunitas itu dijalankan? - So Behind The Microphone

Headlines Articles

Saturday, December 17, 2011

Bagaimana seharusnya Radio Komunitas itu dijalankan?




Ekspedisi Radio Komunitas

Hingga detik ini, radio komunitas masih dipercaya sebagai medium komunikasi yang paling andal melayani kepentingan masyarakat Indonesia di tingkat komunitas. Radio komunitas dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan, dan didirikan oleh sebuah komunitas sehingga sering disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan, atau radio alternatif. Dengan demikian, radio komunitas dapat dijadikan sebagai wahana komunikasi milik masyarakat yang potensial untuk melayani kepentingan komunitasnya sendiri.
Namun persoalan utama tentang keberadaan radio komunitas sejauh ini selalu terkait dengan pertanyaan mendasar: benarkah keberadaan radio komunitas benar-benar dibutuhkan oleh komunitas?
Bagaimana mengelola radio komunitas secara efisien? 
Jika kedua pertanyaan ini tidak dieksplorasi dengan baik, alih-laih melayani kepentngan komunitas, radio komunitas tidak akan berkembang, bahkan lambat laun mati. Sebaliknya, jika tidak terjadi kondisi yang demikian, radio komunitas justru meniru gaya radio swasta yang semakin menjauhkan radio dari sifat komunitasnya.

Pertama-tama, untuk menumbuhkan dan memelihara “kebutuhan” terhadap radio komunitas perlu dilakukan pendekatan-pendekatan strategis. Paling tidak ada dua pendekatan yang bisa digunakan, yakni kultural dan struktural. Pendekatan kultural dilakukan dengan penguatan langsung kepada masyarakat, misalnya berupa kampanye-sosialisasi, pelatihan-pelatihan tentang arti pentingnya (saluran) informasi sehingga informasi (termasuk hiburan) yang disampaikan lewat radio komunitas menjadi needs, bukan hanya wants. Kebutuhan ini berasal dari bawah, tidak hanya kebutuhan menurut pemahaman pengelola radio atau pemrakaasa dari luar, melainkan masyarakat yang benar-benar membutuhkan ada atau tidaknya, menilai penting atau tidaknya keberadaan radio komunitas di lingkungannya. Pedekatan berikutnya melalui aspek struktural yakni dengan penguatan kelembagaan dan jaringan radio komunitas, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta advokasi perizinan yang berfokus pada legalitas keberadaan radio komunitas dan pengelola-pengelolanya di tingkat desa.

Langkah berikutnya dalam pengembangan manajemen radio komunitas secara efisien perlu dilakukan melalui survei pendengar yang dilakukan secara lebih “profesional” namun tetap memperhitungkan sumber daya yang ada sehingga tidak mengeluarkan banyak energi dan biaya. Survei ini penting untuk mengidentifikasi kebutuhan komunitas sekaligus pemetaan khalayak pendengarnya. Paling tidak survei dapat menjawab kebutuhan data pokok seperti jumlah pendengar, jangkauan (coverage area), segmen pendengar (psikografis dan demografis), serta program acara yang diminati masyarakat. Melalui pemahman metode riset yang sederhana, pengelola radio komunitas harus membuat desain survei yang relatif murah, termasuk pengolahan dan analisis datanya. Radio komunitas akan kuat bila pendengarnya merasa terlayani oleh keberadaan radio tersebut. Dalam kaitan ini, pegiat radio harus mampu menangkap keinginan warga untuk selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam perancangan program siaran.
Selanjutnya, dalam pengembangan manajemen radio komunitas juga dibutuhkan identifikasi kekhasan. Karakter radio komunitas di Indonesia sangat bervariasi. Tingginya kekhasan masing-masing radio komunitas ditentukan beberapa faktor, misalnya: kondisi alam (terkait dengan wilayah tertentu jangkauan penerimaan stasiun radio lain); lokasi stasiun radio (semakin strategis, kemungkinan berkembang semakin terbuka); karakteristik (perempuan/laki-laki) dan tingkat militansi pengelola; kemandirian radio komunitas/masyarakat; pemahaman warga dan pengelola mengenai “radio komunitas”; dan keberadan stakeholder dalam komunitas.

Dari kondisi tersebut perlu diidentifikasi sehingga dapat diketahui potensi maupun kendala pengembangan dan keberlanjutan radio komunitas. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan melihat kinerja radio komunitas, dengan tolok ukur kinerja pengelola, peran masyarakat, dan melihat stekeholder di lingkungan komunitas. Model sederhana analisis ini misalnya berbentuk analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman). Data dapat diambil dari preferensi/pengetahuan pengelola dan warga masyarakat sekitar radio komunitas.
Langkah berikutnya dalam pengeloaan radio komunitas yang efisien perlu dilakukan pembenahan sistem database. Di tingkat pengelola radio misalnya, dimulai dari pendataan semua respon yang masuk, misalnya lewat sms, surat, titip pengelola, dan sebaginya. Pada kasus laporan warga yang mencuatkan pertanyaan dan isu-isu tertentu yang perlu disampaikan pada pihak terkait, perlu difasilitasi dan datanya dibuat kategorisasi berdasarkan topik permasalahan sehingga menjadi bank data.  Setelah itu perlu didesain cara penyampaian dua arah baik dari dan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

Strategi lain yang perlu dilakukan adalah meningkatan kerjasama dengan NGO. Keberadaan radio komunitas dan banyaknya NGO di Indonesia memberi peluang kerjasama saling menguntungkan dalam membangun iklim keterbukaan informasi. Bagi radio komunitas, sosialisasi prorgam-program atau isu dari NGO, termasuk pengawasan pelaksanaan program NGO merupakan sumber informasi yang tidak pernah kering untuk disiarkan. Bagi NGO Menjalin dan menjaga hubungan dengan Radio komunitas merupakan cara yang efektif untuk membangun, menjaga, dan meningkatkan citra atau reputasi NGO di mata masyarakat. Radio komunitas penting artinya sebagai wujud komunikasi dan mediasi antara NGO dengan publiknya. Di sisi lain, fungsi komunikasi berbasis komunitas yang berjalan baik sangat bermanfaat bagi aktivitas NGO karena masyarakat memberi perhatian pada isu-isu yang diperjuangkan.

Pentingnya radio komunitas bagi sebuah NGO tidak terlepas dari “kekuatan” media massa yang tidak hanya mampu menyampaikan pesan kepada banyak khalayak, namun lebih dari itu, media sebagaimana konsep dasar yang diusungnya memiliki fungsi mendidik, memengaruhi, mengawasi, menginformasikan, menghibur, memobilisasi, dsb. Dari sinilah media memiliki potensi strategis untuk memberi pengertian, membangkitkan kesadaran, mengubah sikap, pendapat, dan perilaku sebagaimana tujuan yang hendak disasar NGO. Inilah yang perlu disadari baik oleh pengelola radio maupun NGO sendiri sehingga kerjasama saling menguntungkan dapat terpelihara.

Terakhir yang paling penting adalah penguatan manajemen pengelola dan program acara radio komunitas, melalui kaderisasi, regenerasi, traning-training, upgrading, dan pengetahuan dasar programming. Di satu sisi perlu diantisipasi keberlanjutan program, baik keberlanjutan program jangka pendek dan jangka panjang. Kunci keberlanjutan program radio komunitas di sini dapat diwujudkan melalui adanya partisipasi dan kemandirian masyarakat; pendanaan (program lanjutan), perizinan (antisipasi sweeping/legalitas), dan membangun jaringan kelembagaan bersama dengan stasiun atau asosiasi radio komunitas yang lain.

No comments:

Post a Comment