Adlibs Bukanlah Iklan membaca! - So Behind The Microphone

Headlines Articles

Sunday, October 9, 2011

Adlibs Bukanlah Iklan membaca!



Kalau kita mendengar siaran radio lalu ada penyiar yang mengudarakan iklan jenis Adlib, memang bisa kita "lihat" bedanya antara ia sedang berbicara biasa dengan ia sedang "membacakan teks iklan" yang disebut AdLib itu.

Apabila saya si pemasang iklan (advertiser) maka tentulah saya akan merasa tak yakin dan bertanya, "Apa benar iklan yang dibacakan ini lebih efektif daripada iklan spot yang dilengkapi musik dan illustrasi?"

AdLib

"AdLib" berasal dari bahasa latin "Ad Libitum" yang arti kata per kata-nya adalah "at one's pleasure", atau maksudnya "sesuai cara yang anda sukai". Mulanya istilah ini dipakai oleh para pimpinan gereja dalam memberi arahan kepada para pastor/pendeta atau penginjil yang bertugas mewartakan isi dari Bible, dimana mereka diperbolehkan menyampaikan sesuai cara, gaya dan improvisasi masing-masing asalkan inti dan maksud-nya tidak berubah.

Istilah ini kemudian berkembang artinya menjadi berbagai macam arti antara lain: "Berpidato secara spontan"; "Berbicara tanpa teks"; "Improvisasi narasi dalam Drama" dsb.

Jelas sekali bahwa Ad-Lib merupakan suatu keahlian berbicara tanpa teks berikut improvisasinya tetapi tetap memiliki tujuan inti (tidak ngelantur atau menyimpang dari maksud pesan).

Keunggulan Iklan cara AdLib

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa kalau ada penyiar radio yang membacakan teks iklan tertentu lalu dikatakannya itu sebagai sebuah "Iklan AdLib", sudah pasti hal tersebut bukanlah "Iklan AdLib" tetapi memang tepat kalau disebut sebagai "Iklan Baca".

Iklan AdLibs yang betul, adalah iklan yang disampaikan secara improvisasi seperti layaknya seorang teman yang merekomendasikan sesuatu kepada seorang kerabatnya.

Tentu saja, berbicara kepada si A hari ini tentang sebuah produk X, tidak akan sama persis kalimatnya apabila besok kita berbicara kepada si B tentang produk yang sama bukan? Nah begitulah kira-kira cara menyampaikan sebuah Iklan AdLib. Kalimat, cara, dan gaya penyampaian akan selalu berbeda walaupun hal & tujuan pembicaraannya sama. Juga akan berbeda apabila penyiar yang menyampaikannya juga berbeda.

Viola Spolin salah satu tokoh teater Amerika Serikat berkata bahwa, "Katakanlah kalimat itu berulang-ulang tetapi sesuaikan dengan apa kalimat hatimu pada detik engkau mengatakan".

Mari kita perbandingkan dengan Iklan Spot (pre-recorded). Iklan Spot pre-recorded apabila setiap kali diudarakan akan terdengar di telinga publik sama persis. Semakin sering diudarakan semakin cepat orang "mengenali" iklan tersebut, bukan hanya "pesan" tetapi juga segala illustrasi dan atribut yang melekat dengan spot iklan tersebut. Dalam jangka waktu tertentu akan cepat pula muncul kebosanan dari pendengar. Kebosanan pendengar terhadap pesan sebuah iklan seringkali berdampak negatif pula pada sisi marketing dari produk yang diiklankan.

Hal ini tidak akan terjadi pada Iklan yang disampaikan secara AdLib.

Selain itu, karena salah satu karakteristik media radio adalah "personal", maka sebuah pesan yang disampaikan oleh penyiar "idola" bagi si pendengar tentu lebih ia percayai daripada pesan yang disampaikan oleh suara khas pembaca iklan yang sudah dikenal sebagai pembaca iklan.

Critical Factor Iklan AdLibs

Advertiser adalah raja bagi radio, sehingga apabila advertiser menghendaki iklan AdLib maka sang penyiar harus mampu melakukannya dengan baik agar pesan tersebut sampai kepada audience dengan lebih efektif. Masalahnya, untuk melakukan AdLibs tidaklah mudah. AdLibs memerlukan persiapan dan tehnik tertentu walaupun ketika pelaksanaannya pun mungkin hanya bisa oleh penyiar-penyiar kawakan yang mampu melakukannya begitu "smooth" (seolah-olah seperti bukan iklan namun sangat suggestif).



Itu sebabnya kebanyakan radio membuat "text utk AdLibs" agar menghindari kesalahan atau melencengnya tujuan pesan iklan oleh penyiar, yang akan membuat si Advertiser marah-marah.

Sebagai "tahap pemula" maka hal ini cukup baik, selama "text" tersebut bukan berbunyi seperti "text iklan yang blak-blakan jualan (hardsell)", dan penyiar yang "membacakan AdLibs"-pun harus bukan dengan gaya membaca iklan

No comments:

Post a Comment