mengembangkan audience - So Behind The Microphone

Headlines Articles

Friday, October 7, 2011

mengembangkan audience

Anda seorang penyiar yang bertugas tetap membawakan sebuah acara yang sama pada jam siaran yang sama setiap harinya. Pernahkah terpikir oleh Anda (mengevaluasi diri), apakah publik (audience) yang menikmati siaran Anda semakin bertambah atau tetap saja atau bahkan semakin berkurang? Bukankah setiap penyiar/pembawa acara selalu ingin agar audience-nya semakin meningkat? Biasanya Anda lalu bertanya, darimana saya tahu pasti bahwa publik saya meningkat atau berkurang atau tetap?

Nah ini persoalannya. Banyak metode yang dipakai (antara lain rating oleh Nielsen) untuk memperkirakan audience yang mengikuti siaran Anda, baik dari sisi jumlah maupun demografis-nya. Tetapi tetap saja metode manapun itu tidaklah menunjukkan sesuatu yang pasti. Semua pihak mengetahui dan mengakui hal itu. Namun karena tidak ada cara lain yang lebih baik, maka mau tak mau rating itulah yang dijadikan patokan.

Coba-Coba (Trial and Error)

Kebanyakan penyiar (atau siapapun yang bertanggung jawab atas siaran tersebut) tak pernah memiliki alat untuk mengetahui apakah siarannya berhasil menarik sebahagian besar pendengar atau tidak. Oleh karena itu, hari ini mereka siaran seperti itu, keesokan harinya siarannya akan seperti itu pula, dan seterusnya bahkan bisa sampai tahunan. Ada juga yang bosan dengan siarannya sendiri yang begitu-begitu saja, kemudian berpikir kreatif dengan merubah atau menambah content dalam siarannya. Walaupun begitu, lagi-lagi mereka tidak tahu apakah terjadi penambahan jumlah audience atau tidak (dengan adanya perubahan-perubahan yang telah dilakukan).

Cukup logis juga alasan tidak adanya alat yang pasti untuk mengetahui apakah siaran yang kita lakukan menarik bagi audience atau tidak. Tetapi seandainya kita memiliki data setiap bulan yang menunjukkan siaran kita dari waktu ke waktu semakin berkurang audience-nya, lalu apakah kita tahu persis di mana letak permasalahannya dan bagaimana memperbaikinya?

Ibaratnya apabila panel indikator mobil kita menunjukkan temperatur mesin sangat panas, tetap saja kita harus memanggil montir untuk mencari tahu apa permasalahannya dan bagaimana memperbaikinya. Karena hanya dengan cara inilah mobil kita bisa baik kembali. Tetapi tentu saja kita juga harus memiliki sedikit pengetahuan/pemahaman bahwa kalau temperatur sudah naik di atas normal, maka tindakan pertama mobil harus dipinggirkan dan mesin dimatikan. Nah, kalau kita tak memliki pengetahuan/pemahaman prinsip seperti itu, bisa jadi mobil itu akan meledak dan terbakar. Kalau ini sampai terjadi, montir ahli pun tak akan mampu lagi memperbaikinya.

Pemahaman Prinsip

Sewajarnya, semua orang yang akan menekuni bidang penyiaran (broadcasting) harus memiliki pemahaman dasar atau pemahaman prinsip. Yang dimaksud dengan pemahaman dasar adalah pengertian-pengertian prinsip dan bukannya keterampilan menggunakan alat. Jadi kalau Anda bekerja sebagai penyiar radio, bukanlah kepandaian menggunakan mixer dan berbicara nyerocos-lah yang saya maksudkan sebagai pemahaman prinsip. Salah satu pemahaman prinsip dalam halnya penyiar radio, adalah pemahaman tentang komunikasi melalui bunyi-bunyian (sound), termasuk suara (voice). Sedangkan salah satu pemahaman prinsip dalam halnya penyiar televisi, adalah pemahaman tentang komunikasi melalui bunyi saja, gambar saja, dan penggabungan kedua-duanya.

Sayangnya justru training pemahaman prinsip ini yang tak pernah diberikan kepada para junior yang baru memasuki dunia broadcasting. Kebanyakan dari mereka dalam training-training, langsung diajarkan bagaimana cara menggunakan alat (mixer atau kamera dlsb.). Padahal yang namanya alat itu hanya berguna untuk mewujudkan apa yang ada di otak kita. Pemahaman/pengetahuan prinsip bertujuan agar otak setiap broadcastermampu berpikir, menganalisa, mengevaluasi, mengolah dan berkreasi secara benar tanpa coba-coba, sehingga hasilnya lebih pasti. Artinya, audience pasti akan merasakan nikmatnya karya kita.

Think Out of the Box?

Sering kita mendengar anjuran untuk berpikir out of the box. Ini memang kunci untuk menemukan hal-hal yang kreatif. Namun perlu diingat, bahwa out of the box artinya adalah keluar dari cara berpikir yang biasa. Tetapi di saat yang sama secara prinsip hal itu tetap benar. Misalnya: dalam adegan film dimana ingin menunjukkan seseorang yang sedang takut, biasanya ditunjukkan orang yang berteriak dengan mata terbelalak. Tetapi bisa saja ditunjukkan dgn cara lain, tanpa ada suara berteriak, hanya terdengar suara jantung berdegup dan kamera fokus dan zoom-in pada keringat yang menetes dari dahi orang itu.

Contoh pada siaran radio, misalnya: penyiar ingin memberi kegembiraan kepada seorang pendengar yang berulang-tahun, biasanya memasang lagubacksound happy birthday dilanjutkan dengan ucapan selamat dlsb. Padahal bisa saja digunakan cara lain, dengan mencari tahu terlebih dahulu dari orang terdekat, siapa penyanyi idolanya. Lalu penyanyi idolanya itu kita rekam suaranya memberi ucapan selamat ulang tahun kepada si pendengar. Tentunya ini jauh lebih menggembirakan, bukan?

Jadi, out of the box, memang melakukan hal yang tak biasa, tetapi justru tidak boleh melanggar hal-hal yang prinsip. Kalau itu yang dilakukan, itu bukan lagi kreatif melainkan “ngaco” dan pasti tidak enak dinikmati oleh audience. Contoh ngaco: Ada siaran sebuah stasiun radio yang me-relay langsung siaran sepakbola liga Inggris dari siaran televisi. Nah silahkan Anda bayangkan sendiri, bagaimana kalau Anda yang menjadi pendengar radio tersebut.

Prinsip Komunikasi adalah Prinsip Siaran

Kita suka lupa bahwa ketika kita sedang siaran, kita itu sebenarnya sedang melakukan aktivitas komunikasi. Maka seyogyanyalah, kalau kita ingin siaran kita sukses maka caranya mudah saja, yaitu: ikuti saja aturan-aturan/hukum-hukum yang sudah dilontarkan oleh para pakar/peneliti komunikasi.

Sudah barang tentu mereka telah melakukan riset yang mendalam sebelum menelorkan hukum-hukum tersebut. Jadi kalau kita aplikasikan ilmu itu kedalam siaran, maka hasilnya pasti sudah lebih akurat.

Salah satu kata kunci dalam ilmu komunikasi adalah kata yang menjadi akar kata dari komunikasi, yaitu: Commun (Greek) atau Common (English) atau Kesamaan. Hal ini sangat penting aplikasinya dalam siaran. Aplikasinya, bagaimana cara Anda siaran maka begitu pulalah audience yang terbentuk. Tentu saja kalau siaran Anda ‘kacau’ (tak sesuai prinsip-prinsip) kemungkinan besar inilah yang menyebabkan audience Anda tak berkembang atau bahkan semakin berkurang dari waktu ke waktu

No comments:

Post a Comment