masihkah Radio diminati dan didengarkan? - So Behind The Microphone

Headlines Articles

Wednesday, October 5, 2011

masihkah Radio diminati dan didengarkan?

Pertanyaan yang jadi judul tulisan ini memang pernah terlontar dari teman saya sendiri. Ia bertanya, karena ia sendiri merasa bahwa ia sudah lama sekali tidak pernah menyalakan tuner-nya, termasuk yang di mobil. Banyak orang menduga, bahwa dengan kelahiran produk-produk gadget era teknologi informasi, seperti: CD, internet, iPod, iPad, flash disk, mp3, blackberry dsb., maka radio akan kehilangan pendengarnya. Tidak tahu kenapa, setiap ada teknologi baru, pasti banyak orang memprediksi radio akan mati. Dulu di Amerika Serikat, ketika kelahiran siaran televisi di tahun 1950, orang menganggap radio akan mati. Ternyata radio survived! Lalu ketika lahir televisi kabel / televisi berbayar terutama MTV ditahun 1985, maka radio lagi lagi dikatakan akan mati. Ternyata radio survived!

Sekarang pun demikian. Kehadiran produk-produk dan gadget teknologi informasi, langsung menimbulkan opini, pasti siaran radio akan mati.

Salah Duga

Banyak orang menganggap bahwa kehadiran iPod ; mp3 ; internet (download musik gratis), belum lagi media audio-visual (TV) ; BB yang menyebabkan akses media audio visual tidaklah sesulit dahulu, akan semakin membuat masa depan radio menjadi tidak pasti. Lihat saja di sekitar kita, generasi muda sekarang jauh lebih akrab dengan gadget-gadget itu daripada dengan radio, bukan?

Kalau di Indonesia saja sudah begitu, maka di Amerika, dimana soal gadget, TV, internet serta media entertainment begitu jauh lebih hebatnya, pastilah siaran-siaran radio akan semakin kehilangan pendengar.

Ternyata, bukan begitu! Data dari Nielsen terbit pada bulan September 2009  . klik sini untuk melihat hasil survey menunjukkan bahwa anak-anak muda di Amerika masih tetap mendengarkan radio. Usia 12 tahun ke atas mendengarkan radio rata-rata 2,5 radio-stations per minggu, dengan rata-rata menghabiskan waktu 21,7 jam per minggu (atau lebih dari 3 jam per hari). Survey diadakan di 51 market di Amerika. Begitu pula pada orang yang lebih dewasa, 18 – 34 tahun. Pada rentang usia ini, bahkan lebih banyak lagi waktu yang dihabiskan untuk mendengarkan radio, mencapai 23 jam per minggu. Dan yang lebih mengejutkan lagi, 98% dari populasi di Amerika Serikat, berdasarkan sampleNielsen, ternyata masih mendengarkan radio. Nah, bayangkan sendiri bukan hanya, internet dan iPod, tetapi juga bagaimana hebatnya stasiun televisi disana, belum lagi televisi kabel, televisi satelit serta media hiburan lainnya, tetapi tetap saja media radio tidak ditinggalkan oleh pendengarnya . Dibandingkan dengan tahun 80-an, ketika saya kesana, data survey menunjukkan bahwa 96% dari populasi aktif mendengarkan siaran radio setiap hari. Itu buat saya sudah hebat sekali. Tapi sekarang ratio-nya malah masih meningkat!

Artinya, berdasarkan survey Nielsen di Amerika, pendapat yang mengatakan bahwa kemajuan Teknologi Informasi dalam media menyebabkan orang (terutama generasi muda) tidak berminat lagi mendengarkan radio, adalah tidak benar.

Apa yang Sesungguhnya Terjadi?

Sementara data yang kita miliki di Indonesia, maupun ulasan berbagai media termasuk data yang dipegang oleh advertising agency selalu menggambarkan bahwa kenyataannya jumlah pendengar radio di Indonesia semakin menurun. Alasan yang dikemukakan selalu bahwa pendengar radio, terutama dikalangan remaja, beralih ke internet, iPod, mp3, CD, TV dan lain-lain yang sejenis itu.

Bahkan dikatakan di banyak negara terjadi kecenderungan yang demikian pula.

Padahal tidak begitu yang terjadi di Amerika sesuai data Nielsen, bukan? Jadi penurunan drastis jumlah pendengar radio tidak terjadi di semua negara dimana perkembangan TI-nya cukup pesat.

Tetapi mengapa begitu yang terjadi di Indonesia dan di “beberapa” negara lain?

Menurut saya, bahwa di Amerika, siaran-siaran radio itu sudah sangat bagus, sangat menyatu dengan publiknya. Radio sudah menjadi dan berfungsi sebagai radio yang sesungguhnya dalam keterkaitan dengan masyarakat disana. Sehingga publik memiliki ketergantungan kebutuhan dari radio. Bukan hanya tentang informasinya (yang bisa saja dilakukan dengan lebih baik oleh internet) dan juga bukan hanya karena musiknya (yang bisa saja dilakukan dengan lebih baik oleh iPod), dan bukan juga disebabkan oleh content/isi siaran (yang bisa saja dilakukan dengan lebih baik oleh Televisi), melainkan sosok radio secara utuh, yang mampu hadir sebagai sosok paling dekat bagi diri si pendengar. Penurunan jumlah pendengar radio di Amerika, adalah bagi kelompok pendengar yang mendengarkan radio melalui tuner-receiver konvensional. Tetapi penurunan jumlah ini diimbangi dengan kenaikan jumlah pendengar radio melalui internet.

Kalau kita mau perhatikan apa yang terjadi di Indonesia dan di negara lain, yang industri radio siaran-nya dikatakan jumlah pendengarnya menurun, yang katanya dikarenakan pendengarnya pindah ke gadget teknologi informasi itu, pastilah dari dulunya juga siaran-siaran radio di negara itu biasa-biasa saja dan tidak pernah berubah alias begitu-begitu saja, walau sudah berlangsung sejak 40 tahun yang lalu.

Cobalah, jujur saja, saya sendiri tidak pernah bisa menemukan perbedaannya antara gaya siaran radio swasta di tahun 1970-an dengan gaya siaran radio swasta di tahun 2010.

Mungkin dulu itu masyarakat tidak mempunyai pilihan alternatif media lain, makanya mereka mendengar siaran radio. Tetapi sekarang, jaman sudah berubah, eh.. siaran radionya masih sama-sama saja seperti jaman radio gelap. Tidak ada kemajuan yg berarti, jadi tentu saja mereka beralih ke media lain.

Radio di Singapura atau radio di Malaysia misalnya, dari jaman sebelum adanyagadget juga, model siarannya ya begitu... seperti gaya radio formal, mirip seperti cara siaran TVRI, sampai sekarang. Jadi tidak heran, kalau mereka juga seperti kita di Indonesia, mengalami penurunan jumlah pendengar radio.

Artinya, jangan salahkan pendengar yang tak lagi mendengarkan siaran radio. Itu bukan dikarenakan adanya teknologi baru. Radio adalah tetap radio, baik dia disalurkan lewat jalur terrestrial seperti biasa, atau via satelit, kabel, maupun internet. Tetapi tetap saja orang hanya akan mau mendengar siaran radio yang enak/menyenangkan bagi dirinya. Kalau tidak, maka ia akan mencari kesenangannya ditempat lain. Jadi, perbaikilah siaran, innovatiflah tanpa merubah diri menjadi media lain. Jadilah radio modern yang benar-benar radio.

Apple, produsen dari iPod/iPad, mengadakan survey di Amerika, dan menanyakan kepada para remaja sbb.: “apakah kalian akan merasa senang kalau iPod di tambahkan dengan radio tuner? “. Jawabannya seperti sudah di duga: “yes”. Apple di Amerika yakin bahwa radio tidak akan kehilangan pendengar. Kalaupun terjadi, sebenarnya pendengar hanya berpindah sarana mendengarkannya.

Kesimpulan

Kalaulah orang sekarang tidak lagi berminat mendengar siaran radio, itu bukan dikarenakan kehadiran gadget-gadget TI ataupun karena media lain, melainkan karena kita sebagai radio broadcaster tidak mampu mengoptimalkan cara kita bersiaran, sehingga siaran kita tidak cukup menarik untuk mereka, baik untuk didengarkan melalui radio tuner biasa ataupun melalui sarana lainnya.

No comments:

Post a Comment