Ide saya kok dicuri ? - So Behind The Microphone

Headlines Articles

Tuesday, August 28, 2012

Ide saya kok dicuri ?

Ilustrasi kisahnya seperti ini: Anda mempunyai ide untuk sebuah acara siaran di stasiun penyiaran tempat Anda bekerja (sebut saja Stasiun ASLI). Sebuah ide/gagasan baru yaitu sebuah acara yang belum pernah ada sebelumnya. Kemudian ketika baru 3 - 4 kali disiarkan dan sudah mulai digemari... eh ternyata dalam waktu singkat stasiun lain (pesaing) meniru persis dan... paling-paling supaya tidak dibilang menjiplak, ada sedikit yang dirubah-rubah di sana-sini. Hebatnya lagi, acara tiruan dari stasiun pesaing itu justru lebih sukses alias lebih digemari, sehingga terkesan bahwa Anda si pencipta ide yang siaran di stasiun ASLI justru oleh publik dianggap sebagai si penjiplak. Begitulah ilustrasi, dan karena ini cuma ilustrasi saja, barangkali tidak banyak yang pernah mengalaminya.

Terjadi Pula di Industri Lain

Soal plagiat atau jiplak-menjiplak begini bukan cuma terjadi di industri penyiaran saja. Coba lihat saja di sekitar kita, ada berapa banyak merk teh dalam botol? Padahal setahu saya, Teh Botol Sosro-lah yang pertama kali memasarkan teh siap minum di pertengahan tahun 70-an. Begitu pula perseteruan tanpa akhir antara Coca-Cola dan Pepsi Cola di Amerika. Sudah jelas Coca-Cola adalah si penggagas minuman ringan jenis cola, tetapi Pepsi dengan santai menirunya dan bahkan beberapa kali pernah lebih sukses dalam penjualan daripada Coca-Cola. Walau akhirnya tetap saja Coca-Cola yang memimpin sampai sekarang.

Saya tidak mengatakan apakah peniruan seperti itu etis atau tidak, karena inti tulisan ini bukan mau membahas etika, melainkan ingin membahas soal gagasan. Maksud saya, janganlah Anda menjadi takut dan berhenti untuk mencipta hal baru, hanya dikarenakan orang lain akan menirunya. Bukankah kalau Anda terus mencipta hal baru, dan si peniru/pesaing Anda terus juga mengikuti apa yang Anda lakukan, maka itu berarti ia selalu berada di belakang dan Andalah yang berada di depan?

Kendali Pada si Penggagas

Sebenarnya walau kita tentu saja kesal karena ide kita dijiplak orang, tapi kalau kita mau berpikir lebih dewasa, bahwa posisi kita tetap diuntungkan apabila kita mampu melihat kejadian tak enak ini sebagai suatu kesempatan yang bisa kita manfaatkan. Pengalaman di bawah ini memang agak "tricky", tapi akan saya ceritakan juga agar menjadi pelajaran.

Pernahkah terpikir bahwa kalau kita bisa membuat tikus yang dikendalikan dengan remote control, kita bisa mengarahkan tikus itu melewati serombongan kucing. Tentu saja tikus tersebut akan dikejar ramai-ramai oleh gerombolan kucing. Lalu tinggal kita arahkan tikus itu menuju sumur, dan kalau tikus itu tercebur ke sumur, maka semua kucing itu akan ikut tercebur kedalam sumur.

Jadi, kalau kita tahu bahwa si peniru selalu menjiplak ide kita, maka kita bisa menjebak mereka. Kita cukup membuat ide baru, dan kita tahu bahwa ide ini akan ditiru oleh dia. Hanya saja ide kita kali ini kita rancang sedemikian rupa yang akan menggiring mereka tercebur ke sumur (dan ini yang tidak mereka sadari). Tentu saja ide Anda ini harus benar-benar Anda rahasiakan dong! Sekali lagi perlu Anda sadari, bahwa kalau Anda selalu diikuti/ditiru oleh pesaing berarti Andalah yang pegang kendali ke arah mana pesaing itu mau Anda giring. Ke arah sukses bisa, ke arah kuburan pun bisa.

Ini pernah saya lakukan di tahun 1988 dengan sukses.

Kreatif Jangan Naif

Tulisan ini memang masih terkait dengan tulisan saya minggu lalu tentang kreatifitas. Terus terang kita bisa lihat dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya bangsa kita adalah bangsa yang kreatif, dan kalau bahasanya negatif bisa disebut "banyak akal". Jadi kita tidak akan pernah kekurangan ide, kalau saja kita mau terus berpikir. Tetapi tentu saja patut disayangkan, kalau kita terlalu banyak membuang energi hanya untuk terus berpikir mencipta hal baru tetapi tak memikirkan bagaimana "melindungi ide atau karyacipta" kita. Lihat saja bagaimana "batik" kita bisa ditiru bangsa lain hingga mereka bisa menghasilkan batik dengan biaya yang lebih murah dan kualitas yang lebih baik sehingga bisa lebih laku dan dibeli oleh bangsa-bangsa di dunia bahkan oleh kita sendiri (si pemilik orisinal). Bukan hanya itu, sampai-sampai hak patennya pun diambil oleh mereka.

Oleh karena itulah saya ingatkan kepada Anda, bahwa ide baru adalah satu soal yang harus selalu dipikirkan. Namun jangan berhenti disitu. Ketika Anda sudah mendapat ide, langsung pikirkan pula bagaimana caranya ide Anda itu bisa diamankan. Maksud saya bukan di-paten-kan. Karena kalau melalui payung hukum seperti patent memang cukup aman, tetapi biayanya besar dan selain itu kalau sampai ada "dispute" apakah kita punya cukup uang untuk membayar pengacara memenangkan perkara di pengadilan? Sudah pasti susaaah... Jadi yang saya maksud dengan diamankan adalah dengan cara memikirkan pula elemen "penghalang"-nya (barrier to entry) yang dapat menyebabkan orang lain menjadi sulit untuk menirunya.

Contohnya, seorang penyanyi (misal) Glenn Fredly membawakan lagu "Akhir Cerita Cinta". Tentu saja penyanyi lain pun mampu menyanyikan lagu itu pula. Bahkan tak mustahil penyanyi itu barangkali mempunyai suara yang lebih bagus dari Glenn. Namun Glenn Fredly mempunyai elemen "penghalang" yang tak bisa dilewati oleh penyanyi lain yaitu: Suara khas dan Penjiwaan Glenn Fredly ketika menyanyikan lagu tersebut. Kalaupun penyanyi lain toch mampu menyanyikan lagu "Akhir Cerita Cinta", tetap saja ke-khas-an suara dan penjiwaan seperti yang dilantunkan Glenn Fredly tetap menjadi miliknya yang sulit ditiru oleh siapapun.

Makanya, kalau Anda punya ide, jangan buru-buru segera Anda tampilkan sebelum Anda memikirkan pula elemen "barrier to entry/penghalang"-nya, supaya ide Anda menjadi lebih sulit ditiru oleh orang lain. Jangan naif, ya?