Acara Partisipatif - So Behind The Microphone

Headlines Articles

Saturday, September 29, 2012

Acara Partisipatif

Seorang rekan radio-broadcaster memberi komentar dan menuliskan permasalahan yang ia miliki , serta meminta agar saya membuat tulisan sebagai solusi atas permasalahan yang menurutnya telah melanda hampir semua radio di daerahnya. Permasalahannya sebagai berikut:

“Semua radio siaran di daerahnya mempunyai acara harian yang pada intinya meminta partisipasi pendengar melalui sms ataupun melalui telpon. Acara-partisipatif tersebut bisa berupa permintaan lagu, bisa juga berupa quiz, atau sekedar melontarkan opini. Dari sisi jumlah partisipan yang menelpon atau mengirim sms, menurutnya cukup banyak. Artinya, selama acara berlangsung dering telpon atau sms yang masuk relatif padat. Tetapi setelah diteliti lebih mendalam, ternyata sosok individu partisipan tersebut ya..itu-itu juga. Sehingga seolah-olah pendengar acara tersebut cuma segitu-gitunya terus dan tak pernah bertambah. Bagaimana caranya supaya yang ikut berpartisipasi bertambah/pendengar bertambah ? ”

SMS Bukan Indikator

Sebetulnya artikel dengan latar belakang tentang sms, pernah saya posting. Di situ sudah saya jelaskan bahwa sms/telpon tidak bisa dijadikan indikator mengingat faktor variable-nya yang sangat banyak. Jadi, tidak ada hubungan langsung antara jumlah pendengar dengan jumlah sms yang masuk pada sebuah acara. Sama seperti pada surat-kabar, dimana tidak ada hubungan langsung antara jumlah surat pembaca yang masuk dan dimuat dalam rubrik surat pembaca, dengan banyaknya jumlah pembaca koran tersebut. Pembaca koran Kompas mungkin jumlahnya mencapai 2 juta 500 ribu orang setiap hari. Dari jutaan pembaca ini berangkali hanya 5-10 orang setiap hari yang menulis surat pembaca. Kalaupun ia tak sedang menulis surat pembaca, tetap saja ia masih menjadi pembaca suratkabar itu, bukan? Jadi ingatlah, sebanyak-banyaknya pendengar yang mengirimkan sms, masih lebih banyak lagi pendengar yang tidak mengirim.

Agar Pendengar Acara Partisipatif Bertambah:

a. Isi

Untuk membuat pendengar acara partisipatif Anda bertambah, dengan asumsi tidak ada permasalahan teknis, maka caranya tidak bisa dilakukan dengan hanya memperbaiki satu acara partisipatif itu saja. Perbaikan harus diawali dengan struktur besarnya terlebih dahulu, yaitu: station format. Misal, format radio Anda adalah dangdut. Artinya, jati diri stasiun Anda adalah rajanya dangdut. Lalu kalau Anda kemudian mengadakan acara Quiz berhadiah setiap malam dengan pertanyaan, misalnya, “Siapakah pemimpin orkes big band Jazz terkenal pada era Perang Dunia ke II?” maka sudah dapat dipastikan yang menjawab/yang jadi partisipan hanya sedikit. Mereka orang-orang tertentu saja yang suka dangdut tetapi juga kebetulan penggemar musik jazz. Jadi kalau mau pendengar acara-partisipatif Anda bertambah, kuatkan dulu jati-diri radio Anda. Barulah kemudian isi acara khusus tersebut haruslah selalu punya keterkaitan erat dengan jati diri stasiun. Jangan menyimpang!

b. Pilihan Issue

Seringkali yang menjadi pikiran dalam otaknya host di televisi atau MC di panggung sewaktu harus mengisi acara, adalah, “apa nih yang lagi in?” Makanya kalau kita perhatikan, seringkali apa yang jadi topik pembicaraan di televisi dan radio pada suatu waktu bisa seragam. Sebab patokannya hanya apa yang “in”, artinya, apa yang lagi jadi topik hangat di masyarakat, ...itulah yang akan diangkat.

Mengangkat apa yang sedang “in” sebagai pilihan issue yang akan Anda pakai dalam acara-partisipatif, jelas tidak salah. Tetapi akan menjadi salah, apabila Anda menampilkannya dari angle (sudut pandang) yang tak ada bedanya dengan stasiun lain. Sudut pandang Anda dalam menampilkan issue haruslah sesuai pula dengan station-format dan target audience Anda. Harus khas!

Misal, masalah yang lagi “in” sekarang adalah sikap pemerintah Malaysia yang seolah-olah tak menghargai bangsa Indonesia dan bersikap diluar perikemanusiaan terhadap para TKI kita yang notabene manusia-manusia yang bekerja untuk kemakmuran mereka.

Nah sebagai contoh, kalau kebetulan format radio anda adalah Jazz Station dengan target audience orang dewasa kelas A+, maka cara Anda meminta opini pendengar adalah mengangkat angle issue ini dari sisi sebagai berikut, “Jazz Lovers, menurut Anda apakah mungkin ada maksud terselubung Malaysia dengan melakukan ini terhadap kita? Atau justru ada pihak ketiga seperti Singapore yang tak menginginkan Indonesia rukun dengan Malaysia??? Silahkan kirimkan opini Anda melalui sms....” Lalu kalau format radio Anda adalah dangdut, dengan target audience orang dewasa kelas CDE, maka cara Anda meminta opini pendengar adalah dengan mengangkat angle issue ini dari sisi sebagai berikut, “Sahabat dangdut, enaknya Malaysia ini kita apa-in ya, supaya kapok? Apa kita obok-obok? Silahkan kirim sms anda...”

c. Pada Acara Permintaan Lagu

Acara permintaan lagu juga seringkali jadi menyebalkan, karena yang meminta lagu orangnya itu-itu juga, dan lagu yang dimintanya pun itu-itu lagi. Mengapa demikian? Perlu diingat, karakterisitik radio menyebabkan hubungan kedekatan personal (secara virtual) antara si penyiar dan si pendengar. Walau begitu, terbangunnya hubungan kedekatan ini juga memerlukan waktu. Berbeda antara pendengar yang sudah setia mengikuti siaran radio Anda selama setahun dengan pendengar yang baru menikmati siaran radio anda selama satu bulan. Terbentuknya hubungan kedekatan virtual hanya dikarenakan suara yang menimbulkan persepsi dan imajinasi. Bisa sekali kedekatan virtual tersebut dipersepsikan melalui lagu tertentu oleh pendengar. Sehingga ketika si penyiar muncul, maka muncul pula si pendengar dengan meminta lagu tertentu yang sama sebagai perwujudan rasa dekatnya. Munculnya hubungan kedekatan virtual ini berbeda-beda pada tingkat usia pendengar. Pada pendengar remaja jauh lebih kuat dibandingkan pendengar dewasa. Tetapi karena pada usia remaja minat untuk “tampil” juga kuat, maka jumlah remaja yang berkeinginan ikut acara pilihan pendengar akan lebih banyak. Maka tak heran soal “pendengar yang itu-itu aja” akan lebih kelihatan pada radio-radio yang audience-nya adalah orang-orang dewasa ketimbang pada radio remaja. Anda bisa mengatasi dengan, misalnya, memberi “prasyarat” berbeda-beda setiap hari untuk permintaan lagu. Be creative! Misal, khusus untuk hari ini Anda memberi prioritas kepada pendengar dengan nomer telpon berbuntut angka ganjil, atau yang tinggal di area utara, dlsb. Anda umumkan ini sewaktu acara sedang berlangsung.

Penutup

Dalam radio broadcasting, analisa permasalahan serta solusinya tidak pernah “satu” saja. Oleh karena itu apa yang saya uraikan di atas barulah didasarkan atas kasus secara umum. Banyak hal detil lain yang akan terlalu panjang untuk dibahas dalam forum singkat seperti di dalam blog ini. Tetapi saya harapkan secara prinsip apa yang saya jelaskan di atas dapat menjadi patokan mencari solusi.