Request lagu dalam program radio - So Behind The Microphone

Headlines Articles

Monday, October 1, 2012

Request lagu dalam program radio

Saya mencoba mengingat-ingat, kapankah pertama kalinya saya mendengarkan sebuah siaran radio? Sepanjang yang saya bisa ingat, ketika saya masih berusia empat tahun, ayah saya mempunyai sebuah radio-set di rumah. Radio set itu masih menggunakan alat pemutar tuning (dialer) manual, sehingga kita harus memutar perlahan tombolnya untuk mencari siaran-siaran yang mungkin gelombangnya bisa tertangkap. Di bahagian pojok atas ada alat monitor untuk mengetahui, apakah gelombang yang tertangkap tuner kita itu sudah pas? Alat monitor itu sering disebut “mata kucing”, karena warnanya hijau dan bentuknya mirip mata seekor kucing, yang pupilnya membesar atau mengecil sebagai tanda apakah tuning kita sudah optimal atau belum. Sebagai seorang anak yang berumur empat tahun, bermain-main “mata kucing” itulah awal ketertarikan pada radio . Agak dewasa menjelang remaja, mulailah memang saya memang sengaja ingin mendengarkan siaran radio, tidak lagi untuk bermain. Acara RRI yang paling populer pada waktu itu adalah “Pilihan Pendengar” atau istilah anak sekarang acara “Request Lagu”.

Acara Permintaan Lagu

Hampir semua stasiun radio memiliki acara seperti ini sejak jaman dulu. Jalannya acara yaa... hampir sama saja, yaitu: pendengar meminta lagu (biasanya juga diperuntukan kepada seseorang pendengar lain) melalui sms atau telpon (kalau jaman dulu, melalui kartu pos, atau surat), kemudian lagu tersebut diudarakan. Ada yang beruntun surat maupun sms-nya dibacakan oleh penyiar, bisa sampai puluhan orang, baru kemudian lagunya diputarkan. Ada juga yang selang-seling, satu surat/sms dibacakan lalu satu lagu langsung dipasang. Lebih banyak lagi siaran dimana surat/sms yang dibacakan hanya 1-2 saja tetapi komentar si penyiar yang tertawa-tawa bisa lebih lama dari kombinasi surat/sms + lagunya.

Kalau kita tanyakan kepada penyiar, kenapa mereka membawakannya seperti itu, maka jawabannya adalah: “pendengar kita itu senang apabila suratnya dibacakan dan dibahas”. Jadi para penyiar itu melakukannya demi memuaskan pendengar yang meminta lagu. Secara logika dangkal, memang benar sekali, bukan? Agar radio kita banyak pendengarnya, maka penuhi saja apa yang menjadi keinginan pendengar, bukan? Bahkan ada sebuah stasiun radio yang siarannya hanya Song Request saja. Ternyata dengan pola acara seperti ini, radio tersebut berhasil menjaring banyak pendengar.

Suatu Malam di Club

Anda mungkin pernah mengalami, dimana Anda datang ingin menikmati “live music” di sebuah club. Ternyata di club tersebut ada segelintir kelompok pengunjung yang sedang merayakan ulang tahun. Maka sepanjang malam, band yang seharusnya melakukan “show”, kerepotan melayani “request” dari para tamu yang berulang-tahun. Akibatnya munculah sederetan lagu-lagu “garing” atau lagu “gombal” ala karaoke, ditambah si penyanyi yang kemudian jadi banyak ngobrol melayani haha-hihi dari kelompok tamu khusus tersebut. Lebih parah lagi, tamu-tamu itu ikut naik ke panggung ikut menyanyi dengan gaya dan suara yang “amatiran”. Segelintir tamu yang sedang berulang-tahun beserta teman-temannya tentu saja sangat gembira, mereka tertawa, bertepuk dan bernyanyi.

Tetapi bagaimana dengan pengunjung lainnya. Mereka datang untuk menikmati Pertunjukan Hiburan dari band Profesional tetapi memperoleh “pertunjukan amatiran”..??? Telinga Anda dan sebahagian besar tamu-tamu lain yang ada di situ akhirnya tidak tahan lagi, belum 30 menit terus.... cabuuut... jack, “let’s get out of here”. Bahkan kemungkinan besar mereka berpikir untuk sampai kapan pun tidak akan kembali kesana, setelah mengalami hal yang menyebalkan tadi.

Pelajaran Berharga

Pelajaran yang bisa kita tarik dari kejadian tersebut diatas: jangan mencoba memuaskan hanya beberapa gelintir orang, sementara sebahagian besar orang lain justru merasa sebal karena “merasa tak diperhatikan”.

Di dalam siaran radio, artinya, setiap kali kita membacakan surat/sms atau memenuhi permintaan lagu dari satu orang pendengar, tentu saja si penulis surat/sms akan senang tetapi kemungkinan besar ada ratusan-ribu pendengar yang memang tidak berkirim surat/sms (tetapi sedang mendengarkan siaran kita) justru menjadi kecewa. Kalau mereka kecewa, sudah barang tentu mereka akan memindahkan saluran frekuensi stasiun ke stasiun lainnya.

Tetapi bagaimana penjelasannya, karena ternyata ada radio yang siarannya hanya permintaan serta kirim-kiriman lagu namun berhasil menarik banyak pendengar? Menjawab pertanyaan ini tidaklah mudah, karena banyak faktor yang dapat menjadi alasan. Misalnya, karena di area tersebut persaingan radio tak terlalu ketat. Bisa juga, karena masyarakat di kota tersebut mempunyai kedekatan sosial dan budaya yang homogen. Jadi banyak faktor yang perlu menjadi pertimbangan, sebelum bisa ditemukan jawaban yang paling pas.

Walau bagaimanapun juga, hal yang paling terpenting dalam catatan kita para penyiar adalah:
“ Ketika anda siaran, termasuk ketika membawakan acara permintaan lagu, sebenarnya perlu disadari bahwa Anda sedang melakukan sebuah Show alias Sebuah Pertunjukan Hiburan bagi Para Pendengar. Jangan puaskan satu orang tapi melupakan unsur show Anda, sehingga mengecewakan sebahagian besar pendengar lainnya.“

Ingat:
- Belum tentu pendengar yang mengirimkan sms/surat adalah pendengar setia radio Anda. Mungkin saja ia hanya menunggu surat/sms-nya dibacakan dan setelah itu segera pindah ke stasiun lain untuk menunggu lagi surat/sms-nya dibacakan disana.

- Belum tentu perilaku senang mengirim surat/sms ke stasiun radio, ada di semua kelompok pendengar. Ada karakter kelompok pendengar tertentu yang tidak pernah mengirimkan surat/telpon/sms ke stasiun radionya, tetapi ia rutin mendengarkan siaran-siaran dari stasiun tersebut. Karakter pendengar seperti ini justru lebih banyak!