Hallo sahabat broadcast. Kembali lagi saya akan mengupas
permasalahan yang saya angkat pada posting sebelumnya. “MEDIA SAYA TIDAK DILIRIK IKLAN BESAR…. KENAPA?”
Salah satu aspek yang tidak luput dari perhatian calon
client baik lokal maupun nasional adalah kualitas dan kuantitas media itu
sendiri. Jadi tidak ada salahnya kita mereview kembali media yang kita miliki.
“Sudah layak kah media kita menyuarakan product yang
beromzet jutaan bahkan milyaran rupiah?”
Ingat legalitas Media hanya syarat formalitas untuk
mendapatkan kucuran dana dari penayangan iklan client. Apa artinya segala
dokumen dan perijinan serta pajak anda lengkap dan taat,tetapi media anda
sangat membosankan,tidak mencerdaskan,dan memihak?
1.
Perkuat SDM
Bagi Radio atau televisi, anda bisa memperkuat kualitas dan
kuantitas garda on air terdepan radio
yaitu Announcer ( Penyiar ) . secara harfiah penyiar adalah sosok yang bertugas
menghibur dan menyuarakan pendengar dengan informasi yang variatif dan sarat
dengan intuisi. Ingat, penyiar bukan pembawa berita cuaca atau pun burung
berkicau. Di blog ini sudah dibahas bagaimana menjadi penyiar yang baik.
Setelah memperkuat SDM Announcer, anda bisa menengok
komponen penyangga nya. Program direct,music direct,contributor, team kreatif
produksi, dan tim off air.
Ada sebuah kesalahan yang amat fatal sering terjadi dalam
sebuah media, khususnya Radio. yaitu double job!!
Saya sering jalan jalan ke radio radio dan masih melihat
penyiar yang malang nasibnya. Kenapa?? Penyiar tersebut masih harus siaran
dengan mencari dan menyusun playlist sendiri, mencari atau membuat script dan
bahan materi siar sendiri, memilih sms untuk dibacakan, menerima tellfon dalam
program interaktif, dan parahnya penyiar tersebut masih harus membuat minuman
sendiri! Belum berakhir disitu, mereka masih harus mengelus dada dengan honor
10.000 – 20.000/ per jam !!!
Bagaimana kita bisa menndapatkan kualitas announcer yang
maksimal apabila hal sepele seperti ini dibiarkan berlarut larut? Lalu saya
bertanya kepada pengelola radio tersebut. Dimana program direct dan music
direct nya? Ternyata jawaban klasik saya dapatkan. Mereka merangkap sebagai
penyiar juga.
Solusinya. Buat
struktur kerja dan job desk masing masing. Jangan biarkan ada yang merangkap
sekecil apapun job desk nya. Itu adalah hal sederhana yang sangat penting.
2.
Perkaya program
Seperti kita ketahui,ada beberapa
program televisi ataupun radio bahkan harian yang menampilkan program acara
yang kurang informative meskipun dari sisi entertainment cukup selling ( untuk
sementara waktu) ibarat musim kacang panjang. Apakah anda pernah membanting
remote televise anda karena salah satu televisi swasta di Indonesia menyiarkan
program TV yang sarat dengan Goyangan yang dianggap heboh ditambah dengan bumbu
bumbu gossip dimalam hari? Atau siaran berita yang memihak salah satu pihak
hanya karena pemilik stasiun TV tersebut adalah politician partai tertentu?
Atau anda sering memilih mematikan Radio anda karena saat tuning yang anda dapatkan
hanya penyiar yang ketawa ketiwi meski sebenarnya jokes yang dilemparkan sangat
membosankan?
THAT’S WAY I MEAN!!
Bagi anda yang saat ini menjabat
sebagai program director,music director,Redaktur, atau bahkan announcer.
Mungkin anda pernah memilih tidak memutarkan satu lagu atau memuat sebuah
program yang tidak anda sukai atau anda nilai tidak “Bagus” . tenang, anda
tidak sendiri, karena saya pun sekitar 15 tahun yang lalu juga sangat idealis!
Menjabat sebagai program director di sebuah radio komersil dan dipercaya penuh mengelola
Radio tersebut membuat saya diatas angin. Saya mengintruksikan MD untuk
menghapus semua file lagu selain Genre Jazz! Saya menyusun program program
sesuai ritme playlist yang disusun MD. Pagi di awali dengan Fussion jass dan
malam selalu diakhiri dengan smooth jazz. Saya bahagia dan bangga dengan hasil
kerja tersebut. Tapi apa yang terjadi? Client mundur secara teratur tanpa
dikomando. Efek secara internal pun terjadi, pengurangan karyawan serta
penghematan daya produksi dan mobilisasi yang sejatinya penting pun dikurangi
hingga 50%.
Dalam arti kata, Perusahaan media
tersebut hancur karena idealis yang berlebihan oleh satu pihak. Singkat kata saya membutuhkan waktu 2 tahun
untuk mengembalikan dalam keadaan normal. Tragis bukan?
Analoginya seperti ini. Bayangkan anda sedang ingin membeli sesuatu
yang anda sendiri belum tahu ingin membeli apa. Anda hanya ingin membeli dan
berbelanja. Dihadapan anda ada 2 toko.
Satu toko daging dan saunya adalah Toserba ( toko serba ada ). 90 % orang akan
menuju Toserba dan 10 % akan menuju toko kain. Anda pasti tahu alasannya. 90 %
orang memilih toserba karena banyak sekali keinginan yang muncul untuk dibeli,
dan 10 % ke toko daging karena memang membutuhkan kain bukan yang lain.
Meskipun dia tahu di toserba juga menjual daging olahan.
Jadikan media anda layaknya
toserba. Dan tentunya dengan komposisi yang seimbang. Anda bisa melempar
kusioner. Dengan begitu anda bisa mengambil data spesifik berapa jumlah
pendengar anda dari kategori usia,status social,jenis kelamin,tingkat
pendidikan dan selera. Disini akhirnya anda bisa menyusun program program yang
variatif dan tetap seimbang tanpa berat sebelah.
3. Indikator
Kesuksesan sebuah media bisa
dilihat dari indicator indicator baik secara alamiah maupun disusun. Apabila
anda berpikir indicator program anda memiliki rating tinggi karena banyaknya
sms dan telf yang masuk pada saat program interaktif, Anda salah besar! Sebelumnya
sudah saya bahas mengenai hal ini. Kalau boleh saya informasikan, saya memiliki
rekan yang bekerja di beberapa program TV. Saya bertanya pada mereka tentang
ratting tertinggi dari beberapa program di salah satu televisi swasta. Anda
pasti tidak asing mendengar program OVJ ? hitam putih ? dari dua program ini ternyata OVJ selama beberapa
tahun menduduki rating tertinggi,tapi anda tidak akan percaya apabila Hitam
putih adalah program yang memiliki penghasilan tertinggi. Bagaimana itu bisa
terjadi? Pertanyaan sederhana. Tingkat variatif dan informatiflah yang
menentukan. Anda bisa melihat dalam program Hitam putih, sering menjadi world
tranding topic dalam topic yang dibahas. Itu bisa menjadi indicator pula.