jadilah warga negara yang cerdas - So Behind The Microphone

Headlines Articles

Sunday, April 8, 2018

jadilah warga negara yang cerdas

Pada era globalisasi ini, sering kali kita membaca berita yang ada di media sosial. Dengan adanya teknologi dan aplikasi yang menyediakan berbagai kemudahan dalam mengakses informasi teraktual. Kini hampir setiap menit, masyarakat dapat menerima informasi atau berita dari aplikasi media sosial yang mereka miliki. Walau demikian, masyarakat masih kurang sadar bahwa mayoritas informasi yang mereka terima merupakan:
  1. Asumsi yang dimiliki oleh penulis/pemilikmedia, dan bukan fakta yang ada di lapangan. Pembaca hanya mendapat informasi berupa ide dan pandangan penulis/pemilik media yang sifatnya untuk mempengaruhi pembaca. Contohnya ketika lawan politik pemilik media melakukan tindak kriminal, maka berita yang akan muncul dari media yang dimiliki olehnya akan mempengaruhi pembaca dengan tujuan agar pembaca memiliki pemikiran yang sama dengan si pemilik media, seperti pembaca berpikir seolah-olah lawan politik pemilik media ini melakukan kejahatan tingkat tinggi, dan mengangkat berita ini terus menerus, tetapi tidak berdasar pada fakta yang ada.
  1. Beberapa Informasi yang berada di media sosial, digunakan hanya untuk mencari sensasi atau agar dapat menarik perhatian pembaca.Karena dengan banyaknya pembaca, semakin “tenar” lah media yang dimiliki oleh orang yang tidak bertanggung jawab ini. Fakta yang ada dalam berita ini biasanya “dilebih-lebihkan” untuk mencari popularitas dan “kehebohan” belaka. Contohnya ketika ada informasi yang berhubungan dengan kriminalitas artis yang sedang naik daun. Alasan dan hal apa yang sesungguhnya terjadi dengan artis ini, tertutupi oleh opini yang disebarkan media, agar berita ini semakin “panas” untuk terus dipublikasikan setiap harinya.
  1. Alat kampanye politik. Seperti pada tahun 2014 lalu, hampir seluruh media sosial di Indonesia “kebanjiran” berita yang berhubungan dengan isu politik. Berita mengenai capres nomor 1 dan 2 tiada hentinya mengalir di media sosial tiap menitnya. Mayoritas berita yang ada di media sosial bertujuan untuk “menjatuhkan” nama salah satu capres yang ada, agar capres yang secara tidak langsung didukung oleh pemilik media dapat memenangkan pemilu. Sampai saat ini pun media sebagai alat kampanye politik masih berjalan, hanya saja kita yang kurang menyadarinya.
Masih banyak lagi alasan media, yang tidak memberikan fakta kepada publik, melainkan opini dan isu untuk menaikan rating media yang mereka miliki. Namun, kita sebagai pembaca berita, alangkah baiknya bila kita menjadi pembaca yang cerdas. Maksud menjadi pembaca yang cerdas adalah:
Kita sebaiknya tidak menerima informasi dari media sosial secara “mentah-mentah”, atau dengan kata lain lebih baik kita menyaring berita yang ada dalam media sosial  dan janganlah percaya pada satu sumber informasi yang ada dalam media sosial, bacalah juga informasi dari sumber lain sebagai bahan referensi, terutama terkait berita yang mungkin sedang “naik daun”.
Di era sekarang ini media yang dibuat oleh oknum yang tidak bertanggung jawab pun mulai berkembang pesat. Seperti memberitakan isu sara yang setiap hari selalu berusaha mempengaruhi pola pikir pembaca. Bila kita membaca hal-hal demikian sebaiknya kita hiraukan saja, biasanya saat kita membaca judul dari berita tersebut, kita sudah dapat mengetahui apa yang akan dibahas dalam berita ini. Misalnya ada berita dengan judul “Orang kafir tidak pantas …….”. Oleh karena itu hiraukan saja dan bila memungkinkan untuk dilaporkan pada pihak yang berwenang, laporkanlah, untuk mengurangi berita palsu yang mungkin dapat mempengaruhi orang yang masih minim akan pengetahuan mengenai berita yang dilansir oleh media.
Kesimpulannya adalah kita sebagai pembaca sebaiknya kita menyaring berita yang diberikan oleh media, karena belum semua berita berdasarkan pada fakta yang ada. Opini pemilik media, oknum penyebar isu SARA, parpol yang melakukan black campaign adalah beberapa contoh dari penyalahgunaan berita yang hingga saat ini masih berkembang, dengan tujuan untuk mempengaruhi pola pikir si pembaca. Maka dari itu marilah kita menjadi Warga negara yang cerdas